Kamis, 24 Desember 2009

Senin, 21 Desember 2009

SEJARAH TENTANG KELURAHAN TERBAN

Jumat, 18 Desember 2009

Budaya dan ritual Kelurahan Terban



Kelurahan Terban adalah kelurahan yang terletak disisi sebelah utara Kota Yogyakarta berbatasan dengan Desa Caturtunggal, Sleman Yogyakarta.
Menyambut tahun 1943 DAL (tahun jawa)- 1431 Hijriyah (Tahun Baru Islam) atau bertepatan dengan malam jum'at, tanggal 18 Desember 2009 Lembaga-lembaga berbasis masyarakat di kelurahan Terban bersama warga masyarakat mengadakan acara ritual bersama berupa doa sambil berjalan, Yang diistilahkan dengan nama TOPO MBISU, atau berjalan mengintari wilayah Kelurahan Terban dengan berdiam. adapun permohonan doa disampaikan pada saat akan dilaksanakan kirab topo mbisu. Doa pada saat kirab adalah dengan berdoa didalam hati.
Acara yang sudah berlangsung 12 kali ini diawali dari banyaknya kejadian-kejadian yang tidak masuk logika. salah satu contoh misalnya banyaknya kematian yang saling susul menyusul pada periode awal sebelum diadakan doa bersama. termasuk diantaranya yang meninggal mendadak dihadapan pamong saat itu. kejadian yang tidak hanya satu kali ini membuat keprihatinan pamong dan warga setempat. sehingga dicetuskanlah acara ritual doa seperti yang telah dilaksanakan sampai dengan sekarang.
  1. Ada 4 wilayah kampung di Kelurahan Terban yaitu Kampung Purbonegaran , kampung Sagan, kampung Resonegaran dan kampung Terban. Adapun menurut riwayat dari para sesepuh bahwa nama kampung Sagan yang ada selama ini dulunya didiami sepasang suami istri bernama Ki.Sag dan Nyi Sag (konon adalah sepasang prajurit Mataram) nama tersebut pada akhirnya sampai dengan saat ini dipergunakan untuk menamai kampung yang berada di sisi timur Kelurahan Terban, menjadi kampung Sagan (kebenaran tentang kampung tersebut masih dalam penelusuran). Adapun makan Ki Sag dan Nyi Sag ada di Makam " Bendo " wilayah kampung Sagan, begitu dituturkan oleh Sutopo, warga kampung sagan.
  2. kampung Purbonegaran yang terletak di sisi wilayah Timur (Timur Galeria) dulunya pernah didiami kerabat keraton bernama Purbonegoro, petilasan ndalem Purbonegaran sampai dengan saat ini belum bisa dilacak.
  3. Kampung Resonegaran, sebagaimana kampung Purbonegaran dulunyapun didiami kerabat keraton (Mataram) petilasannyapun juga belum bisa dilacak. hanya perlu dicatat bahwa kampung Purbonegaran mempunyai pasar rakyat diselatan Jl.Solo (sekarang Jl.Urip sumohardjo) dan sekarang sudah bukan pasar lagi, tetapi menjadi Pertokoan.
    Ketiga kampung tersebut (Purbonegaran, Sagan, Resonegaran) dulunya adalah satu RK (KK .LKMD) Purbonegaran, dibawah lingkup Kemantren (Red.Kecamatan Sekarang), warga menamakan ketiga wilayah tersebut dengan singkatan MASPUR (masyarakat Sagan,Purbonegaran,Resonegaran)
  4. Kampung Terban, yang penduduknya padat belakangan dibandingkan dari ketiga wilayah tersebut, dulunya terdiri dari beberapa kampung. salah satu contoh adalah RS.YAP di jl.Cik Di Tiro dulunya bernama kampung "Jeblokan"adapun kampung Terban sendiri berada disekitar Jl.C.Simanjuntak. Sebelah utara adalah Terbansari, dan juga Blimbingsari (nama tersebut masih dipakai) Adapun wilayah Terban diutara jembatan Gondolayu sampai dengan perbatasan Blimbingsari dan Terbansari dulunya adalah berupa BONG (makan China), warga menamakan Kampung Terban dengan singkatan MASTER (masyarakat Terban)
Demikian sekilas riwayat tentang Kelurahan Terban, masih banyak yang perlu digali, ditinjau direvisi kembali tentang riwayat Kelurahan Terban.sumonggo.